Kamis, 22 Desember 2011

Pengaruh Pariwisata terhadap Perkembangan Yogyakarta


A. Pengertian Pariwisata
      Pariwisata adalah suatu aktifitas yang kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang memiliki berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya dan seterusnya yang dapat membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy dobrak yang luar biasa,yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphosis dalam berbagai aspeknya.
Syarat suatu tempat dapat dikatakan sebagai tempat wisata yakni:
-  Unik dan menarik
-  Keadaaan alamnya indah
-  Kebersihan lingkunganya terawat
-  Masyarakatnya ramah
        Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung memberi, menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga mambawa dampak terhadap masyarakat setempat. Pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat antara lain sosial ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Selain itu industri pariwisata tidak hanya terkait pada atraksi wisata, tetapi juga terkait dengan industri lain, seperti perhotelan, restoran, angkutan (darat, laut, dan udara) dan produk-produk industri lainnya.Perkembangan pariwisata dewasa ini sangat pesat dan memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Untuk itu pembangunan pariwisata terus dipacu dan pemerintah mempunyai keyakinan bahwa pariwisata dapat menjadi sektor andalan menggantikan minyak dan gas bumi yang selama ini menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang penerimaan negara. Sosiologi pariwisata adalah cabang dari sosiologi yang mengkaji masalah-masalah kepariwisataan dalam berbagai aspeknya, pentingnya kajian sosiologis terhadap pariwisata Nampak semakin jelas apabila tipe kepariwisataan yang dikembangkan adalah pariwisata budaya karena sebagaimana disebutkan oleh Jerremy Boissevain (1996). Pariwisata budaya melibatkan masyarakat lokal secara lebih luas dan lebih intensif, karena kebudayaan yang menjadi daya tarik utama pariwisata melekat pada masyarakat itu sendiri.
Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi daerah yang baru, mencari perubahan suasana atau untuk mendapat perjalanan baru. Hampir semua literature dan semua kajian studi lapangan menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak-dampak yang dinilai posiftif,yaitu dampak yang diharapkan,bahwa peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang kerja dan usaha,peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak dsb.
Beberapa tempat wisata di Yogyakarta yaitu :
1.      Pantai Parangtritis : Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Pantai ini sangat indah jika dinikmati pada sore hari. Pantai parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain laying-layang juga tak kalah menyenangkan, angin laut yang kencang sangat membantu membuat laying-layang terbang tinggi.
2.      Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan
3.      Monjali sebuah  Monumen yang dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII yang berbentuk kerucut didalamnya terdapat banyak koleksi pada zaman perjuangan, monjali banyak dikunjungi terutama para pelajar baik dari Pulau Jawa maupun Luar Jawa
4.      Marlioboro merupakan salah satu cirri khas dari Yogyakarta, Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja yang sering da datangi oleh para wisatawan. Di Malioboro kita bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi.
5.      Kebun Binatang Gembiraloka yang sekarang juga masih dalam tahap renofasi juga sangat banyak pengunjungnya terutama rombongan dari siswa taman Kanak-kanak. Dan msih banyak lagi.

B. Pengaruh Perkembangan Pariwisata di Yogyakarta
Yogyakarta selain dinyatakan sebagai kota pelajar juga dinyatakan sebagai obyek wisata atau daerah tujuan wisata ke dua di Indonesia setelah Bali karena banyak menyimpan banyak obyek wisata baik obyek alam maupun obyek wisata budaya. Obyek wisata alam yang di miliki Yogyakarta antara lain kaliurang di Sleman, pantai Glagah, Pantai Congot,Goa Kiskenda di Kulon Progo, Pantai Samas, Pantai Parangtritis di Bantul, pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Krakal di Gunung Kidul. Sedang wisata budaya yang ada antara lain Candi Prambanan, Candi Ratu Baka, Candi Kalasan, Museum Kraton. Adapun atraksi-atraksi budaya antara lain upacara Sekaten, upacara Labuhan, Upacara Saparan Bekakak, Sendratari Ramayana di Prambanan dan atraksi-atraksi kesenian lainnya. Di samping seni tari yang memang dipersiapkan untuk mendukung kemajuan wisata diadakan festival-festival Sendratari, festival permainan rakyat, festival kesenian dan sebagainya.
Bagi daerah Istimewa Yogyakarta sebenarnya tidak sulit untuk megembangkan pariwisata , hal ini karena dukungan yang sudah ada, seperti obyek-obyek wisata yang sudah disebutkan tadi. Hanya tinggal bagaimana pengembangan dan pemasaranya supaya menarik para wisatawan. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta makin lama makin meningkat. Untuk memberikan pelayanan tamu wisata agar betah tinggal lama di Yogyakarta perlu diperhatikan sarana penunjangnya. Yang dalam hal ini adalah akomodasi, seperti penginapan atau hotel berbintang maupun yang non bintang. Tentang sarana penunjang ini yogyakarta telah memiliki beberapa hotel berbintang, yakni Ambarukmo place, Hotel Garuda, Sahid Garden Hotel dan masih banyak lagi. Selain hotel-hotel berbintang juga terdapat penginapan non bintang yang masuk klasifikasi melati.
Dibenahinya obyek-obyek wisata dan sarana penunjang merupakan respon perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam hal ini sejak sebelum dinyatakan pembangunan pariwisata di Indonesia (GBHN 1983) Yogyakarta telah memiliki obyek wisata yang cukup menarik perhatian orang, misalnya Kraton,Museum Kaliurang, Pantai Parangtritis, Prambanan. Terutama Kraton dan Prambanan sangat mendukung pariwisata di daerah Yogyakarta. Pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta itu tentunya akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat disekitar obyek wisata. Dampak yang mungkin muncul ini merupakan konsekuensi dari pengembangan atau pembangunan pariwisata yang membawa pengaruh pada perubahan -perubahan sosial. Dampak yang muncul ini mungkin menguntungkan (positif) dan mungkin juga merugikan (negative) bagi masyarakat sekitar ataupun pemerintah dan badan-badan yang berkecimpung dibidang kepariwisataan. Untuk melihat dampak positif dan negative ini tergantung dari sudut mana masyarakat pemerintah daerah atau badan-badan yang berkecimpung dalam bidang kepariwisataan (biro-biro perjalanan).  
Pada hakekatnya pembangunan pariwisata merupakan kegiatan ekonomi untuk memperbesar penerimaan devisa memperluas dan meratakan kesempatan kerja dan lapangan kerja terutama masyarakat setempat. Di satu pihak pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri ditujukan pula untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa. (TAP.MPR.NO.II/MPR/1988:GBHN) dari penegasan tadi dapat dilihat bagaimana dampak positif dan negative pengembangan pariwisata terhadap kehidupan ekonomi dan bagaimana pula dampaknya pada kehidupan sosial budaya.
Bagi pemerintah daerah, berkembangnya pariwisata yang disertai dengan datangnya atau kunjungan wisatawan yang mau tinggal lama adalah menguntungkan. Karena pemasukan devisa dapat diharapkan bahkan dapat melebihi target tahunan yang ditentukan. Hal ini dapat dicontohkan dengan melihat pengembangan obyek wisata Parangtritis , apalagi setelah dibukanya jembatan Kretek yang melintas kali opak. Dibukanya jembatan ini sangat mendukung pengembangan wisata di Panti Parangtritis. Berkembangnya pariwisata yang member kesempatan pada munculnya hotel-hotel, restaurant,toko-toko penjual cidera mata itu member peluang dan kesempatan kerja. Dari segi ekonomi ini merupakan dampak positi. Kesempatan kerja inipun tidak harus karena adanya hotel-hotel,restaurant dan lain sebagainya tetapi diusahakan dari masyarakat disekitar obyek wisata itu sendiri. Misalnya dibukanya daerah itu untuk kawasan wisat, maka akan merangsang masyarakat untuk menciptakan usaha sendiri dengan menyediakan apa saja yang dibutuhkan para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata itu. Hal ini misalnya telah dilakukan masyarakat Parangtritis, dengan berkembangnya obyek pariwisata ini kita lihat usaha masyarakat dengan mengadakan bendi, kuda wisata.
Namun perlu disadari dan diperhatikan bahwa perkembangan pariwisata ini tidak selamanya menguntungkan bagi kehidupan ekonomi. Dampak negative yang mungkin muncul adalah terjadinya ketimpangan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Misalnya pertumbuhan ekonomi kota tidak seimbang dengan pertumbuhan otonomi pedesaan artinya pertumbuhan ekonomi kota jauh lebih baik dari masyarakat desa. Hal ini bisa saja terjadi karena kota lenih banyak fasilitas yang member banyak kemudahan para wisatawan. Sedang masyarakat sekitar obyek wisata tidak begitu saling mempengaruhi secara mendalam.
Yogyakarta yang dinyatakan sebagai daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali memiliki atraksi-atraksi budaya, khususnya kesenian tari yang dapat dijadikan aset wisata budaya daerah Yogyakarta. Untuk kepentingan wisata sudah sejak tahun 1961 yogyakarta menyediakan  kemasan seni pertunjukan yakni sendratari Ramayana (prof.Dr.R.M Soedarsono,1986:6). Perkembangan pariwisata dewasa ini makin meningkat dan memacu untuk memproduksi seni produksi kemasan yang dikonsumsi bagi kepentingan para wisatawan. Tampaknya dalam pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta terhadap kesenian khususnya seni pertunjukan melahirkan seni kemasan. Maksud seni kemasan adalah mempersingkat waktu pertunjukan demi efisiensi dan ekonomis. Lagipula kota lebih bersifat dinamis ini tidak ada pada masyarakat desa. Bila tidak diperhatikan ketimpangan ini akan memunculkan semacam kecemburuan sosial. Karena itu perlu perencanaan upaya meratakan rejeki pariwisata sampai kedaerah pedesaan. Caranya dengan mengunakan desa-desa sebagai obyek wisata dan mengarahkan agar para wisatawan mancanegara dapat masuk kesana (Hasbullah Asyori, 1992). Dengan demikian setidak-tidaknya tujuan pembangunan pariwisata seperti yang dikehendaki GBHN dapat terwujud.
Kaitanya dengan perkembangan pariwisata, khususnya di daerah Yogyakarta memberikan dampak sosial budaya terhadap masyarakat disekitar kawasan wisata. Secara garis besar ditunjukkan bahwa perkembangan pariwisata ini membawa dampak terjadinya perubahan-perubahan sosial. Perubahan ini justru karena wisatawan mancanegara yang datang dengan budayanya itu secara tidak langsung menyebabkan terjadi proses akulturasi. Akibat akulturasi ini terjadi pergeseran norma-norma sosial, sistem nilai budaya, kesenian, tekhnologi dan lain sebagainya. Dari pengamatan terlihat bahwa dampak pariwisata terhadap sosial budaya ini tiodak terlalu luas dan mendalam (Astrid S.Soesanto,1979:49). Ini berbeda dengan dampak pariwisata terhadap kehidupan ekonomi. Hal ini diperkuat Boedhisantoso (1978:28) yang mengatakan bahwa pengaruh langsung pariwisata lebih ke sector perdagangan dan tidak begitu halnya terhadap nilai budaya. Ini bisa terjadi karena umumnya di daerah Yogyakarta khususnya kehadiran wisatawan itu tidak begitu lama sehingga kontak dan interaksi budaya wisatawan dengan masyarakat tidak berlangsung secara mendalam. Tegasnya dampak pariwisata terhadap kesenian atau seni wisata dalam format kecil atau padat yang tidak menganggu akar budayanya yang telah mantap.
Dampak pariwisata yang lain  tampak pada tekhnologi. Dampak pariwisata terhadap tekhnologi yaitu antara lain tampak pada pakaian atau busana, peralatan atau alat-alat transportasi serta bangunan-bangunan tempat tinggal. Sebenarnya dampak pariwisata terhadap tekhnologi pada umumnya bersifat alih fungsi sebagian lain merupakan semacam munculnya mode baru atau corak baru yang mungkin akan ccepat ditinggalkan untuk menemukan mode lain. Perubahan-perubahan sosial budaya yang dalam hal ini tekhnologi yang dakatakan sebagai dampak pengembangan pariwisata itu memang Nampak tapi hanya sebatas pada fisiknya saja.
Dampak pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta yang bersifat alih fungsi teknologi itu misalnya pada bangunan-bangunan tempat tinggal dan juga tampak pada alat-alat transportasi. Bangunan-bangunan yang dialihfungsikan ini banyak ditemui di daerah pawirotaman, bangunan tempat tinggal juragan batik ini dengan merosotnya usaha batik mereka dimanfaatkan dan dikembangkan sedemikian rupa untuk dijadikan penginapan. Dalam bangunan yang dikembangkan ini digunakan pula alat-alat atau teknologi baru antara lain AC, susunan inferiorpun disesuaikan dengan selera para tamu. Alih fungsi lain adalah alat-alat transportasi yaitu andhong dan becak, seperti kita ketahui andhong dan becak merupakan alat angkutan umum khas Yogyakarta dan Surakarta, dengan berkembangnya daerah pariwisata di Yogyakarta andhong dan becak dialihfungsikan menjadi alat angkutan wisata kemudian dampaknya terhadap alat-alat angkutan umum hanya bersifat penambahan trayek baru yang menuju ke obyek wisata,misalnya bus birowa, baker ke Baron.
Mode baru yang muncul semenjak berkembangnya dunia pariwisata di Yogyakarta terlihat pada pakaian. Motif yang digunakan tetap motif batik. Hanya model pakaian yang digunakan kadang mengikuti atau mengambil model yang biasanya lepas dari model-model tradisional,klasik karena disesuaikan dengan selera wisatawan. Selain itu juga cara berpakaianpun merambah mempengaruhi warga masyarakat yang setempat berhubungan dengan para wisatawan. Cara mengenakan pakaianpun terutama kaum mudanya ada sementara yang menirukan seperti apa dan bagaimana wisatawan asing itu berpakaian. Sebenarnya apa yang dikemukakan di atas termasuk pemenuhan fasilitas yang tentunya dibutuhkan para wisatawan. Juga mempunyai maksud agar para wisatawan mau tinggal lama. Waktu tinggal lama berpengaruh pada pemasukan daerah. Karena itulah setiap daerah selalu mengupayakan berkembangnya kepariwisataan untuk mendukung pengembangan didaerahnya.
Disamping dampaknya terhadap teknologi pengembangan pariwisata itu juga berpengaruh pada perilaku masyarakat terutama masyarakat disekitar obyek wisata. Misalnya kita lihat pada masyarakat Pawirotaman yang sepanjang jalanya adalah penginapan yang tamunya adalah wisatawan mancanegara. Setiap saat masyarakat Pawirotaman berjumpa dan berhubungan dengan para wisatawan, sedikit banyak karena berhubungan langsung maka diantara individu masyarakat itu akan berperilaku yang kadang menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku, sehingga muncul sikap yang tak peduli dengan masyarakat lain, sikap ini juga merambah pada masyarakat Parangtritis. Sebaliknya bagi masyarakat Prambanan yang di pindahkan ke KlurakBaru tidak menampakkan perubahan perilakujustru kepindahan mereka ketempat baru ini mempererat hubungan dan sikap saling membantu lebih kuat. Intensitas hubungan ini akan memyebabkan terjadinya sentuhan budaya yang berpengaruh pada pola perilaku seseorang yang mendukung budaya itu.
Dampak perkembangan pariwisata di Yogyakarta terhadap kehidupan beragama tidak tampak. Dalam kepariwisataan yang pada umumnya obyeknya adat istiadat. Di Yogyakarta antara kepentingan agama dan adat istiadat itu terpisah karena itulah maka tidak berpengaruh terhadap agama.
C. Pengembangan Pariwisata Yogyakarta
Pengembangan pariwisata Yogyakarta perlu diarahkan pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pelestarian budaya. Untuk menciptakan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kelestarian budaya, ada sejumlah hal yang dapat ditempuh. Pertama, penggalakan kembali festifal-festifal kebudayaan lokal. Kedua, perlu adanya pemetaan tata ruang pariwisata. Ketiga, memberikan muatan lokal kebudayaan dalam kurikulum pendidikan di Yogyakarta. Keempat, revitalisasi keraton sebagai pusat kebudayaan. Kelima, pembentukan tim pemantau pengembangan pariwisata. Jika berhasil diciptakan pengembangan pariwisata yang memperhatikan kelestarian budaya, dapat diyakini bahwa dari waktu ke waktu Yogyakarta akan tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai kota pariwisata.
Potensi pengembangan Yogyakarta
1.      Yogyakarta sebagai kota pendidikan, Sebutan Yogyakarta sebagai kota pendidikan mengacu pada jumlah lembaga pendidikan dan kualitas pendidikan di Yogyakarta. Tidak terhitung jumlah lembaga pendidikan mulai pendidikan pra-sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Kualitas lulusannya pun telah mendapat pengakuan berbagai pihak. Potensi Yogyakarta sebagai kota pendidikan ini menyebabkan banyak sekali generasi muda dari berbagai daerah yang ingin meneruskan pendidikannya di Yogyakarta terutama pendidikan menengah (SMU/SMK) dan pendidikan tinggi. Kedatangan para pelajar dan mahasiswa tersebut tentu saja memunculkan kegiatan bisnis seperti  rumah makan, tempat tinggal, perdagangan buku, rental, alat-alat kost, dan tempat hiburan. Jika terkelola dengan baik, predikat kota pendidikan akan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk Yogyakarta.
2.      Yogyakarta sebagai kota budaya. Predikat kota budaya yang diberikan pada Yogyakarta mengacu pada keberadaan Kraton Yogyakarta yang dipandang sebagai pusat kebudayaan Jawa. Di samping itu banyak sekali budayawan dan sastrawan yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Predikat kota budaya juga didukung oleh berbagai kegiatan kebudayaan seperti sekatenan dan labuhan. Potensi-potensi budaya ini jika dikelola dengan baik akan menjadi aset pariwisata yang cukup handal dan mampu menarik wisatawan untuk datang ke Yogyakarta.
3.      Yogyakarta sebagai kota pariwisata. Predikat kota pariwisata diberikan pada Yogyakarta karena sudah lama kota Yogyakarta menjadi daerah tujuan pariwisata baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Hampir setiap hari terutama pada saat musim liburan, banyak sekali wisatawan yang mengunjungi Prambanan, Kraton, Pantai Parangtritis, dan Malioboro untuk melakukan perjalanan wisata baik wisata umum maupun studi wisata. Jika predikat kota pariwisata ini tetap dipertahankan dan ditambah lagi dengan penyempurnaan berbagai sektor pariwisata, dapat dipastikan bahwa Yogyakarta akan mampu bersaing dengan daerah-daerah lain dalam upaya pembagunan daerah.
4.      Yogyakarta sebagai kota perjuangan. Predikat kota perjuangan diberikan pada Yogyakarta dengan mengacu pada berbagai peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terjadi di Yogyakarta. Sejumlah peristiwa sejarah pada akhirnya meninggalkan kenangan berupa tempat-tempat bersejarah, museum perjuangan, rute perjalanan gerilya, dan makam para pahlawan. Jika aset ini bisa dikelola dengan baik, Yogyakarta dapat menjadikan peninggalan-peninggalan itu sebagai sarana pengembangan Yogyakarta terutama untuk pengembangan sektor pariwisata.
Dunia pariwisata di Yogyakarta pada awal 2011 menunjukkan perkembangan yang baik ditinjau dari tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan ke sejumlah lokasi wisata di kota tersebut. namun perkembangan ini menunjukkan hal yang baik pascaerupsi Merapi yang membuat pariwisata di Yogyakarta sempat terpuruk, namun masih tetap diperlukan promosi wisata yang lebih baik khususnya ke luar negeri mengingat jumlah wisatawan manca negara masih sedikit. Pariwisata berbasis budaya mengandung makna :
·         Pengembangan pariwisata disesuaikan dengan potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
·         Penyempurnaan dan peningkatan jaringan kerjasama wisata dengan berbagai pihak dan daerah lain.
·         Menciptakan terobosan baru yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan dan wisata belanja dengan tetap mempertahankan dan mengembangan norma-norma religius/agama di dalam kehidupan masyarakat.
Kegiatan pariwisata di Kota Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kearifan local dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar