A. Pengertian
Pariwisata
Pariwisata adalah suatu aktifitas yang
kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang memiliki
berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya dan
seterusnya yang dapat membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.
Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy dobrak yang luar biasa,yang mampu
membuat masyarakat setempat mengalami metamorphosis dalam berbagai aspeknya.
Syarat suatu tempat
dapat dikatakan sebagai tempat wisata yakni:
- Unik dan menarik
- Keadaaan alamnya indah
- Kebersihan lingkunganya terawat
- Masyarakatnya ramah
Pariwisata
adalah suatu kegiatan yang secara langsung memberi, menyentuh dan melibatkan
masyarakat sehingga mambawa dampak terhadap masyarakat setempat. Pariwisata
juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat antara lain sosial ekonomi,
sosial budaya, dan lingkungan. Selain itu industri pariwisata tidak hanya
terkait pada atraksi wisata, tetapi juga terkait dengan industri lain, seperti
perhotelan, restoran, angkutan (darat, laut, dan udara) dan produk-produk industri
lainnya.Perkembangan pariwisata dewasa ini sangat pesat dan memberikan peluang
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Untuk itu pembangunan
pariwisata terus dipacu dan pemerintah mempunyai keyakinan bahwa pariwisata
dapat menjadi sektor andalan menggantikan minyak dan gas bumi yang selama ini
menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang penerimaan negara. Sosiologi
pariwisata adalah cabang dari sosiologi yang mengkaji masalah-masalah
kepariwisataan dalam berbagai aspeknya, pentingnya kajian sosiologis terhadap
pariwisata Nampak semakin jelas apabila tipe kepariwisataan yang dikembangkan
adalah pariwisata budaya karena sebagaimana disebutkan oleh Jerremy Boissevain
(1996). Pariwisata budaya melibatkan masyarakat lokal secara lebih luas dan lebih
intensif, karena kebudayaan yang menjadi daya tarik utama pariwisata melekat
pada masyarakat itu sendiri.
Pariwisata berkembang
karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya,
menjelajahi daerah yang baru, mencari perubahan suasana atau untuk mendapat
perjalanan baru. Hampir semua literature dan semua kajian studi lapangan
menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan
dampak-dampak yang dinilai posiftif,yaitu dampak yang diharapkan,bahwa peningkatan
pendapatan masyarakat, pendapatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan
kerja dan peluang kerja dan usaha,peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak
dsb.
Beberapa tempat wisata
di Yogyakarta yaitu :
1. Pantai
Parangtritis : Pantai
Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan
transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Pantai
ini sangat indah jika dinikmati pada sore hari. Pantai parangtritis juga
menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain
laying-layang juga tak kalah menyenangkan, angin laut yang kencang sangat
membantu membuat laying-layang terbang tinggi.
2. Kraton
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan
keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa,
sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat
belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta
dilestarikan
3. Monjali
sebuah Monumen yang dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan
Upacara Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII yang berbentuk kerucut
didalamnya terdapat banyak koleksi pada zaman perjuangan, monjali banyak
dikunjungi terutama para pelajar baik dari Pulau Jawa maupun Luar Jawa
4. Marlioboro merupakan salah satu
cirri khas dari Yogyakarta, Malioboro yang berkembang pesat
menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja yang sering da datangi oleh para
wisatawan. Di Malioboro kita bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai
dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga
peralatan rumah tangga. Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan
bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung
Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang
serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi.
5. Kebun
Binatang Gembiraloka yang sekarang juga masih dalam tahap renofasi juga sangat
banyak pengunjungnya terutama rombongan dari siswa taman Kanak-kanak. Dan msih
banyak lagi.
B. Pengaruh
Perkembangan Pariwisata di Yogyakarta
Yogyakarta selain dinyatakan sebagai kota pelajar
juga dinyatakan sebagai obyek wisata atau daerah tujuan wisata ke dua di
Indonesia setelah Bali karena banyak menyimpan banyak obyek wisata baik obyek
alam maupun obyek wisata budaya. Obyek wisata alam yang di miliki Yogyakarta
antara lain kaliurang di Sleman, pantai Glagah, Pantai Congot,Goa Kiskenda di
Kulon Progo, Pantai Samas, Pantai Parangtritis di Bantul, pantai Baron, Pantai
Kukup, Pantai Krakal di Gunung Kidul. Sedang wisata budaya yang ada antara lain
Candi Prambanan, Candi Ratu Baka, Candi Kalasan, Museum Kraton. Adapun
atraksi-atraksi budaya antara lain upacara Sekaten, upacara Labuhan, Upacara
Saparan Bekakak, Sendratari Ramayana di Prambanan dan atraksi-atraksi kesenian
lainnya. Di samping seni tari yang memang dipersiapkan untuk mendukung kemajuan
wisata diadakan festival-festival Sendratari, festival permainan rakyat,
festival kesenian dan sebagainya.
Bagi daerah Istimewa Yogyakarta sebenarnya tidak
sulit untuk megembangkan pariwisata , hal ini karena dukungan yang sudah ada,
seperti obyek-obyek wisata yang sudah disebutkan tadi. Hanya tinggal bagaimana
pengembangan dan pemasaranya supaya menarik para wisatawan. Kunjungan wisatawan
mancanegara ke Yogyakarta makin lama makin meningkat. Untuk memberikan
pelayanan tamu wisata agar betah tinggal lama di Yogyakarta perlu diperhatikan
sarana penunjangnya. Yang dalam hal ini adalah akomodasi, seperti penginapan
atau hotel berbintang maupun yang non bintang. Tentang sarana penunjang ini yogyakarta
telah memiliki beberapa hotel berbintang, yakni Ambarukmo place, Hotel Garuda,
Sahid Garden Hotel dan masih banyak lagi. Selain hotel-hotel berbintang juga
terdapat penginapan non bintang yang masuk klasifikasi melati.
Dibenahinya obyek-obyek wisata dan sarana penunjang
merupakan respon perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam hal ini sejak sebelum dinyatakan pembangunan pariwisata di
Indonesia (GBHN 1983) Yogyakarta telah memiliki obyek wisata yang cukup menarik
perhatian orang, misalnya Kraton,Museum Kaliurang, Pantai Parangtritis,
Prambanan. Terutama Kraton dan Prambanan sangat mendukung pariwisata di daerah Yogyakarta.
Pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta itu tentunya akan membawa dampak
terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat disekitar obyek wisata.
Dampak yang mungkin muncul ini merupakan konsekuensi dari pengembangan atau
pembangunan pariwisata yang membawa pengaruh pada perubahan -perubahan sosial.
Dampak yang muncul ini mungkin menguntungkan (positif) dan mungkin juga
merugikan (negative) bagi masyarakat sekitar ataupun pemerintah dan badan-badan
yang berkecimpung dibidang kepariwisataan. Untuk melihat dampak positif dan
negative ini tergantung dari sudut mana masyarakat pemerintah daerah atau
badan-badan yang berkecimpung dalam bidang kepariwisataan (biro-biro
perjalanan).
Pada hakekatnya pembangunan pariwisata merupakan
kegiatan ekonomi untuk memperbesar penerimaan devisa memperluas dan meratakan
kesempatan kerja dan lapangan kerja terutama masyarakat setempat. Di satu pihak
pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri ditujukan pula untuk
meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa. (TAP.MPR.NO.II/MPR/1988:GBHN) dari
penegasan tadi dapat dilihat bagaimana dampak positif dan negative pengembangan
pariwisata terhadap kehidupan ekonomi dan bagaimana pula dampaknya pada
kehidupan sosial budaya.
Bagi pemerintah daerah, berkembangnya pariwisata
yang disertai dengan datangnya atau kunjungan wisatawan yang mau tinggal lama
adalah menguntungkan. Karena pemasukan devisa dapat diharapkan bahkan dapat
melebihi target tahunan yang ditentukan. Hal ini dapat dicontohkan dengan
melihat pengembangan obyek wisata Parangtritis , apalagi setelah dibukanya
jembatan Kretek yang melintas kali opak. Dibukanya jembatan ini sangat
mendukung pengembangan wisata di Panti Parangtritis. Berkembangnya pariwisata
yang member kesempatan pada munculnya hotel-hotel, restaurant,toko-toko penjual
cidera mata itu member peluang dan kesempatan kerja. Dari segi ekonomi ini
merupakan dampak positi. Kesempatan kerja inipun tidak harus karena adanya
hotel-hotel,restaurant dan lain sebagainya tetapi diusahakan dari masyarakat
disekitar obyek wisata itu sendiri. Misalnya dibukanya daerah itu untuk kawasan
wisat, maka akan merangsang masyarakat untuk menciptakan usaha sendiri dengan
menyediakan apa saja yang dibutuhkan para wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata itu. Hal ini misalnya telah dilakukan masyarakat Parangtritis, dengan
berkembangnya obyek pariwisata ini kita lihat usaha masyarakat dengan
mengadakan bendi, kuda wisata.
Namun perlu disadari dan diperhatikan bahwa
perkembangan pariwisata ini tidak selamanya menguntungkan bagi kehidupan
ekonomi. Dampak negative yang mungkin muncul adalah terjadinya ketimpangan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Misalnya pertumbuhan ekonomi kota tidak
seimbang dengan pertumbuhan otonomi pedesaan artinya pertumbuhan ekonomi kota
jauh lebih baik dari masyarakat desa. Hal ini bisa saja terjadi karena kota
lenih banyak fasilitas yang member banyak kemudahan para wisatawan. Sedang
masyarakat sekitar obyek wisata tidak begitu saling mempengaruhi secara
mendalam.
Yogyakarta yang dinyatakan sebagai daerah tujuan
wisata kedua di Indonesia setelah Bali memiliki atraksi-atraksi budaya,
khususnya kesenian tari yang dapat dijadikan aset wisata budaya daerah
Yogyakarta. Untuk kepentingan wisata sudah sejak tahun 1961 yogyakarta
menyediakan kemasan seni pertunjukan
yakni sendratari Ramayana (prof.Dr.R.M Soedarsono,1986:6). Perkembangan
pariwisata dewasa ini makin meningkat dan memacu untuk memproduksi seni
produksi kemasan yang dikonsumsi bagi kepentingan para wisatawan. Tampaknya
dalam pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta terhadap kesenian khususnya
seni pertunjukan melahirkan seni kemasan. Maksud seni kemasan adalah
mempersingkat waktu pertunjukan demi efisiensi dan ekonomis. Lagipula kota
lebih bersifat dinamis ini tidak ada pada masyarakat desa. Bila tidak
diperhatikan ketimpangan ini akan memunculkan semacam kecemburuan sosial.
Karena itu perlu perencanaan upaya meratakan rejeki pariwisata sampai kedaerah
pedesaan. Caranya dengan mengunakan desa-desa sebagai obyek wisata dan
mengarahkan agar para wisatawan mancanegara dapat masuk kesana (Hasbullah
Asyori, 1992). Dengan demikian setidak-tidaknya tujuan pembangunan pariwisata
seperti yang dikehendaki GBHN dapat terwujud.
Kaitanya dengan perkembangan pariwisata, khususnya
di daerah Yogyakarta memberikan dampak sosial budaya terhadap masyarakat
disekitar kawasan wisata. Secara garis besar ditunjukkan bahwa perkembangan
pariwisata ini membawa dampak terjadinya perubahan-perubahan sosial. Perubahan
ini justru karena wisatawan mancanegara yang datang dengan budayanya itu secara
tidak langsung menyebabkan terjadi proses akulturasi. Akibat akulturasi ini
terjadi pergeseran norma-norma sosial, sistem nilai budaya, kesenian,
tekhnologi dan lain sebagainya. Dari pengamatan terlihat bahwa dampak
pariwisata terhadap sosial budaya ini tiodak terlalu luas dan mendalam (Astrid
S.Soesanto,1979:49). Ini berbeda dengan dampak pariwisata terhadap kehidupan
ekonomi. Hal ini diperkuat Boedhisantoso (1978:28) yang mengatakan bahwa
pengaruh langsung pariwisata lebih ke sector perdagangan dan tidak begitu
halnya terhadap nilai budaya. Ini bisa terjadi karena umumnya di daerah
Yogyakarta khususnya kehadiran wisatawan itu tidak begitu lama sehingga kontak
dan interaksi budaya wisatawan dengan masyarakat tidak berlangsung secara
mendalam. Tegasnya dampak pariwisata terhadap kesenian atau seni wisata dalam
format kecil atau padat yang tidak menganggu akar budayanya yang telah mantap.
Dampak pariwisata yang lain tampak pada tekhnologi. Dampak pariwisata
terhadap tekhnologi yaitu antara lain tampak pada pakaian atau busana,
peralatan atau alat-alat transportasi serta bangunan-bangunan tempat tinggal.
Sebenarnya dampak pariwisata terhadap tekhnologi pada umumnya bersifat alih
fungsi sebagian lain merupakan semacam munculnya mode baru atau corak baru yang
mungkin akan ccepat ditinggalkan untuk menemukan mode lain. Perubahan-perubahan
sosial budaya yang dalam hal ini tekhnologi yang dakatakan sebagai dampak
pengembangan pariwisata itu memang Nampak tapi hanya sebatas pada fisiknya
saja.
Dampak pengembangan pariwisata di daerah Yogyakarta
yang bersifat alih fungsi teknologi itu misalnya pada bangunan-bangunan tempat
tinggal dan juga tampak pada alat-alat transportasi. Bangunan-bangunan yang
dialihfungsikan ini banyak ditemui di daerah pawirotaman, bangunan tempat
tinggal juragan batik ini dengan merosotnya usaha batik mereka dimanfaatkan dan
dikembangkan sedemikian rupa untuk dijadikan penginapan. Dalam bangunan yang
dikembangkan ini digunakan pula alat-alat atau teknologi baru antara lain AC,
susunan inferiorpun disesuaikan dengan selera para tamu. Alih fungsi lain
adalah alat-alat transportasi yaitu andhong dan becak, seperti kita ketahui
andhong dan becak merupakan alat angkutan umum khas Yogyakarta dan Surakarta,
dengan berkembangnya daerah pariwisata di Yogyakarta andhong dan becak
dialihfungsikan menjadi alat angkutan wisata kemudian dampaknya terhadap
alat-alat angkutan umum hanya bersifat penambahan trayek baru yang menuju ke
obyek wisata,misalnya bus birowa, baker ke Baron.
Mode baru yang muncul semenjak berkembangnya dunia
pariwisata di Yogyakarta terlihat pada pakaian. Motif yang digunakan tetap
motif batik. Hanya model pakaian yang digunakan kadang mengikuti atau mengambil
model yang biasanya lepas dari model-model tradisional,klasik karena
disesuaikan dengan selera wisatawan. Selain itu juga cara berpakaianpun
merambah mempengaruhi warga masyarakat yang setempat berhubungan dengan para
wisatawan. Cara mengenakan pakaianpun terutama kaum mudanya ada sementara yang
menirukan seperti apa dan bagaimana wisatawan asing itu berpakaian. Sebenarnya
apa yang dikemukakan di atas termasuk pemenuhan fasilitas yang tentunya
dibutuhkan para wisatawan. Juga mempunyai maksud agar para wisatawan mau
tinggal lama. Waktu tinggal lama berpengaruh pada pemasukan daerah. Karena
itulah setiap daerah selalu mengupayakan berkembangnya kepariwisataan untuk
mendukung pengembangan didaerahnya.
Disamping dampaknya terhadap teknologi pengembangan
pariwisata itu juga berpengaruh pada perilaku masyarakat terutama masyarakat
disekitar obyek wisata. Misalnya kita lihat pada masyarakat Pawirotaman yang
sepanjang jalanya adalah penginapan yang tamunya adalah wisatawan mancanegara.
Setiap saat masyarakat Pawirotaman berjumpa dan berhubungan dengan para
wisatawan, sedikit banyak karena berhubungan langsung maka diantara individu
masyarakat itu akan berperilaku yang kadang menyimpang dari norma-norma sosial
yang berlaku, sehingga muncul sikap yang tak peduli dengan masyarakat lain,
sikap ini juga merambah pada masyarakat Parangtritis. Sebaliknya bagi
masyarakat Prambanan yang di pindahkan ke KlurakBaru tidak menampakkan
perubahan perilakujustru kepindahan mereka ketempat baru ini mempererat
hubungan dan sikap saling membantu lebih kuat. Intensitas hubungan ini akan
memyebabkan terjadinya sentuhan budaya yang berpengaruh pada pola perilaku
seseorang yang mendukung budaya itu.
Dampak perkembangan pariwisata di Yogyakarta
terhadap kehidupan beragama tidak tampak. Dalam kepariwisataan yang pada
umumnya obyeknya adat istiadat. Di Yogyakarta antara kepentingan agama dan adat
istiadat itu terpisah karena itulah maka tidak berpengaruh terhadap agama.
C. Pengembangan Pariwisata Yogyakarta
Pengembangan pariwisata Yogyakarta perlu diarahkan
pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pelestarian budaya. Untuk
menciptakan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kelestarian budaya,
ada sejumlah hal yang dapat ditempuh. Pertama, penggalakan kembali
festifal-festifal kebudayaan lokal. Kedua, perlu adanya pemetaan tata ruang pariwisata.
Ketiga, memberikan muatan lokal kebudayaan dalam kurikulum pendidikan di
Yogyakarta. Keempat, revitalisasi keraton sebagai pusat kebudayaan. Kelima,
pembentukan tim pemantau pengembangan pariwisata. Jika berhasil diciptakan
pengembangan pariwisata yang memperhatikan kelestarian budaya, dapat diyakini
bahwa dari waktu ke waktu Yogyakarta akan tetap mampu mempertahankan
eksistensinya sebagai kota pariwisata.
Potensi
pengembangan Yogyakarta
1. Yogyakarta
sebagai kota pendidikan, Sebutan Yogyakarta sebagai kota pendidikan mengacu
pada jumlah lembaga pendidikan dan kualitas pendidikan di Yogyakarta. Tidak
terhitung jumlah lembaga pendidikan mulai pendidikan pra-sekolah sampai dengan
perguruan tinggi. Kualitas lulusannya pun telah mendapat pengakuan berbagai
pihak. Potensi Yogyakarta sebagai kota pendidikan ini menyebabkan banyak sekali
generasi muda dari berbagai daerah yang ingin meneruskan pendidikannya di
Yogyakarta terutama pendidikan menengah (SMU/SMK) dan pendidikan tinggi.
Kedatangan para pelajar dan mahasiswa tersebut tentu saja memunculkan kegiatan
bisnis seperti rumah makan, tempat
tinggal, perdagangan buku, rental, alat-alat kost, dan tempat hiburan. Jika
terkelola dengan baik, predikat kota pendidikan akan mampu memberikan
kontribusi terhadap pendapatan daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk Yogyakarta.
2. Yogyakarta
sebagai kota budaya. Predikat kota budaya yang diberikan pada Yogyakarta
mengacu pada keberadaan Kraton Yogyakarta yang dipandang sebagai pusat
kebudayaan Jawa. Di samping itu banyak sekali budayawan dan sastrawan yang
bertempat tinggal di Yogyakarta. Predikat kota budaya juga didukung oleh
berbagai kegiatan kebudayaan seperti sekatenan dan labuhan. Potensi-potensi
budaya ini jika dikelola dengan baik akan menjadi aset pariwisata yang cukup
handal dan mampu menarik wisatawan untuk datang ke Yogyakarta.
3. Yogyakarta
sebagai kota pariwisata. Predikat
kota pariwisata diberikan pada Yogyakarta karena sudah lama kota Yogyakarta
menjadi daerah tujuan pariwisata baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Hampir setiap hari terutama pada saat musim liburan, banyak sekali wisatawan
yang mengunjungi Prambanan, Kraton, Pantai Parangtritis, dan Malioboro untuk
melakukan perjalanan wisata baik wisata umum maupun studi wisata. Jika predikat
kota pariwisata ini tetap dipertahankan dan ditambah lagi dengan penyempurnaan
berbagai sektor pariwisata, dapat dipastikan bahwa Yogyakarta akan mampu
bersaing dengan daerah-daerah lain dalam upaya pembagunan daerah.
4. Yogyakarta sebagai kota perjuangan.
Predikat kota perjuangan diberikan pada Yogyakarta dengan mengacu pada berbagai
peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terjadi di Yogyakarta.
Sejumlah peristiwa sejarah pada akhirnya meninggalkan kenangan berupa
tempat-tempat bersejarah, museum perjuangan, rute perjalanan gerilya, dan makam
para pahlawan. Jika aset ini bisa dikelola dengan baik, Yogyakarta dapat
menjadikan peninggalan-peninggalan itu sebagai sarana pengembangan Yogyakarta
terutama untuk pengembangan sektor pariwisata.
Dunia pariwisata di Yogyakarta pada awal
2011 menunjukkan perkembangan yang baik ditinjau dari tingkat hunian hotel dan
kunjungan wisatawan ke sejumlah lokasi wisata di kota tersebut. namun
perkembangan ini menunjukkan hal yang baik pascaerupsi Merapi yang membuat
pariwisata di Yogyakarta sempat terpuruk, namun masih tetap diperlukan promosi
wisata yang lebih baik khususnya ke luar negeri mengingat jumlah wisatawan
manca negara masih sedikit. Pariwisata berbasis budaya mengandung makna :
·
Pengembangan
pariwisata disesuaikan dengan potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa
yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
·
Penyempurnaan
dan peningkatan jaringan kerjasama wisata dengan berbagai pihak dan daerah
lain.
·
Menciptakan
terobosan baru yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan
bersejarah, wisata pendidikan dan wisata belanja dengan tetap mempertahankan
dan mengembangan norma-norma religius/agama di dalam kehidupan masyarakat.
Kegiatan pariwisata di Kota
Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras
dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kearifan local dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar