TEORI
AUGUSTE COMTE
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosiologi Klasik
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. farida Hanum & Nur Hidayah M.Si.
PRODI
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sosiologi selalu mengalami perkembangan dari abad
Sembilan belas sampai sekarang ini. Didalam ilmu sosiologi terdapat dua jenis
teori yaitu, teori sosiologi klasik dan teori sosiologi modern. Salah satu
pencetus teori sosiologi klasik yaitu Auguste Comte. Auguste
Comte adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Beliau adalah filsuf dan ilmuan sosial terkemuka
yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kemasyarakatan atau sosiologi.
Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi karena dialah yang
pertama kali memakai istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis,
sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak
pertengahan abad ke-19 (1856). Dia
dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Dan teori yang beliau buat banyak digunakan dalam
perkembangan sosiologi.
Memahami suatu ilmu pengetahuan akan mendorong kita
untuk memahami teori- teori ilmu yang bersangkutan, dan mempelajarinya secara
menyeluruh memaksa kita untuk menelusuri
situasi dimana suatu teori tersebut lahir. Dalam teori sosiologi klasik akan
dibahas latar belakang dari perkembangan teori sosiologi dan riwayat hidup dari
para tokoh sosiologi klasik serta pemikiran-pemikiran mereka.
Dengan adanya teori- teori ini memudahkan kita untuk
memahami ilmu yang kita geluti atau yang ingin kita ketahui. Dalam makalah ini
yang akan dibahas tentang teori sosiologi
klasik dari Auguste Comte, baik dari latar belakang pribadi tokoh ini sampai
perkembangan teorinya dari awal sampai beliau sudah meningggal.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
riwayat hidup Auguste Comte?
2. Bagaimana
latar belakang pemikiran Auguste Comte?
3. Bagaimana
teori yang diajarkan oleh Auguste Comte dan bagaimana perkembangan teorinya
dalam ilmu Sosiologi?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui riwayat hidup Auguste Comte.
2. Mengetahui
latar belakang pemikiran Auguste Comte.
3. Mengetahui
teori yang diajarkan dan perkembangan teori dari Auguste Comte dalam ilmu
sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
RIWAYAT
KEHIDUPAN AUGUSTE COMTE
Auguste Comte,
memiliki nama panjang Isidore Marie
Auguste François Xavier Comte, lahir di Montpelier,
Prancis pada tanggal 19 Januari 1798. Orang tua Auguste Comte berasal dari
kelas menengah dan akhirnya sang ayah meraih posisi sebagai petugas resmi
pengumpul pajak lokal. Meskipun ia adalah seorang mahasiswa yang cerdas, namun Comte
tidak pernah mendapatkan ijazah sarjana. Ia dan seluruh mahasiswa seangkatannya
dikeluarkan dari Ecole Politehnique karena gagasan politik dan pembangkangan
mereka. Pemberhentian ini berdampak buruk pada karir akademis Comte. Pada tahun
1817 ia menjadi sekretaris dan “anak
angkat” Claude Henri Saint- Simon, seorang filusuf yang empat puluh tahun lebih
tua dari Comte (Manuel, 1962:251). Mereka bekerja sama selama beberapa tahun
dan Comte mengakui besarnya hutang pada Saint- Simon: ”aku benar- benar berhutang
secara intelektual pada Saint- Simon …ia banyak berperan dalam mengenalkan aku
ke wilayah filsafat yang kini aku ciptakan untuk diriku sendiri dan tanpa ragu
aku jalani seumur hidupku” (Durkheim, 1928/ 1962 :144). Namun pada tahun 1824
mereka bertengkar karena comte yakin bahwa Saint- Simon ingin menghapuskan nama
Comte dari daftar ucapan terima kasihnya. kemudian Comte menulis bahwa
hubungannya dengan Saint- Simon
“mengerikan” (Pickering, 1993:238) dan menggambarkannya sebagai “penipu
hina” ( Durkheim, 1928/1962 : 144 ). Pada tahun 1852, Comte berkata tentang
Saint- Simon, “Aku tidak berhutang apapun pada orang ini” (Pickering,
1993:240).
Heibron (1995) menggambarkan bahwa Comte bertubuh
pendek, tingginya sekitar 5 kaki, 2 inci, dengan mata juling, dan sangat merasa
resah dengan situasi yang ada di sekitarnya, khususnya ketika menyangkut
perempuan. Ia juga terasing dari masyarakat secara keseluruhan. Ini dapat
membantu menjelaskan fakta bahwa Comte menikah dengan Caroline Massin yang
berlangsung dari tahun 1825 hingga 1842. Ia adalah seorang anak haram yang
belakangan disebut “pelacur” oleh Comte, meskipun tuduhan itu akhir- akhir ini
dipertanyakan (Pickering, 1997: 37). Kegelisahan pribadi yang dialami Comte
berlawanan dengan rasa aman yang begitu besar terhadap kapasitas
intelektualnya, dan tampak bahwa rasa percaya kuat.
Pada tahun 1826, Comte mengolah satu skema yang akan
digunakannya untuk menyampaikan serangkaian 72 kuliah umum tentang filsafatnya.
Kuliah yang diberikan Comte menarik banyak audien akan tetapi dihentikan pada
perkuliahan ketiga dikarenakan Comte mengalami masalah mental. Bahkan pernah
mencoba bunuh diri.
Meskipun Comte tidak memperoleh posisi regular di
Ecole Polytechnique, Comte mendapatkan posisi minor sebagai asisten pengajar
pada tahun 1832. Pada tahun 1837 Comte mendapatkan posisi tambahan sebagai
penguji ujian masuk, dan untuk pertama kalinya, ini memberikan pendapatan yang
memadai karena, selama ini ia sering kali tergantung secara ekonomis terhadap
keluarganya. Selama kurun waktu tersebut Comte mengerjakan enam jilid karya
yang melambungkan namanya, Cours De Philosophie Positive, yang secara keseluruhan
terbit pada tahun 1842, dimana jilid pertama terbit pada tahun 1830. Dalam
karya ini Comte memaparkan pandangannya bahwa sosiologi adalah ilmu tertinggi.
Ia juga menyerang Ecole Polytechenique, dan hasilnya adalah pada tahun 1844
pekerjaannya sebagai asisten tidak diperpanjang. Pada tahun 1851 ia
menyelesaikan 4 jilid buku Systeme De Politique Positive, yang lebih bertujuan
praktis, dan menawarkan rencana reorganisasi masyarakat.
Heilbron menandaskan bahwa pada tahun 1838 terjadi
kehancuran besar pada kehidupan Comte dan sejak saat itu ia kehilangan harapan
bahwa setiap orang akan memikirkan karyanya secara serius tentang ilmu
pengetahuan secara umum, dan khususnya pada sosiologi. Pada saat yang bersamaan
ia mengawali hidup “yang menyehatkan otak”; yaitu, Comte mulai tidak mau
membaca karya orang lain, yang akibatnya adalah ia menjadi kehilangan harapan
untuk dapat berhubungan dengan perkembangan intelektual terkini. Setelah tahun
1838 ia mulai mengembangkan gagasan anehnya tentang revormasi masyarakat yang
dipaparkan dalam bukunya Systeme De Politique Positive. Comte mulai
menghayalkan dirinya sebagai seorang pendeta tinggi agama baru kemanusiaan; ia
percaya pada dunia yang pada akhirnya akan dipimpin oleh sosiolog – pendeta. Dalam hal ini, Comte banyak
dipengaruhi oleh latar belakang katoliknya. Menarik untuk disimak ditengah –
tengah gagasan berani itu, pada akhirnya Comte memang mendapatkan banyak
pengikut di Prancis, maupun disejumlah
negara lain. Akhirnya, Aguste Comte wafat pada 5 September 1857.
B.
LATAR
BELAKANG PEMIKIRAN AUGUSTE COMTE
Untuk memahami pemikir sintetis seperti halnya
Comte, adalah penting bagi kita untuk mengenal sejauh mungkin berbagai sumber
yang menjadi latar belakang pemikirannya. Hal ini terutama karena Comte adalah
Filsuf yang telah berhasil untuk mensintesakan didalam dirinya berbagai hasil
pemikiran dari berbagai ahli pikiran yang mendahuluinya. Ada beberapa sumber
penting yang menjadi latar belakang yang menentukan jalan pikiran Comte, yaitu:
1. Revolusi
perancis dengan segala aliran pikiran yang berkembang pada masa itu. Comte
tidaklah dapat dipahami tanpa latar belakang revolusi perancis dan juga Restorasi
Dinasti Bourbon di Perancis yaitu pada masa timbulnya krisis sosial yang maha hebat
dimasa itu. Sebagai seorang ahli pikir, Comte berusaha untuk memahami krisis
yang sedang terjadi tersebut. ia berpendapat bahwa manusia tidaklah dapat
keluar dari krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman – pedoman
berpikir yang bersifat scientific. Maka revolusi itu merupakan stimulus bagi
pikiran Comte sendiri,
2. Sumber
lain yang menjadi latar belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang
berkembang di Perancis pada abad ke-18. Khususnya filsafat yang dikembangkan
oleh para penganut paham encyclopedist ini, terutama dasar – dasar pikirannya,
sekalipun kelak ia mengambil posisi tersendiri setelah keluar dari aliran ini.
3. Sumber
lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic terutama yang
bernama De Maistre dan De Bonald. Aliran reaksioner dalam pemikiran Katolik
Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad pertengahan kekuasaan gereja
sangat besar, adalah periode organis, yaitu suatu periode yang secara paling
baik dapat memecahkan berbagai masalah – masalah sosial. Aliran ini menentang
pendapat para ahli yang menganggap bahwa abad pertengahan adalah abad di mana
terjadinya stagmasi didalam ilmu pengetahuan, karena kekuasaan gereja yang
demikian besar di segala lapangan kehidupan. Comte telah membaca karya – karya
pemikir Theocratic dibawah pengaruh Sain– Simont sebagaimana diketahui Sain–
Simont juga menganggap bahwa abad pertengahan adalah periode organic yang
bersifat konstruktif.
4. Sumber
terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah lahirnya aliran yang dikembangkan
oleh para pemikir sosialistik, terutama yang diprakarsai oleh Sain– Simont.
Comte telah membangun hubungan yang sangat erat dengan Sain– Simont dan juga
dengan para ahli pikir sosialis Prancis lainnya. Comte di suatu pihak akan
membangun pengetahuan sosial dan dipihak lain akan membangun kehidupan ilmu
pengetahuan sosial yang bersifat scientific. Sebenarnya Comte memiliki sifat
tersendiri terhadap aliran ini, tetapi sekalipun demikian dasar – dasar aliran
masih tetap dianutnya terutama pemikiran mengenai pentingnya suatu pengawasan
kolektif terhadap masyarakat, dan mendasarkan pengawasan tersebut didalam suatu
dasar yang bersifat scientific.
Comte adalah penyumbang terbesar untuk
membangun sosiologi sebagai suatu ilmu. Dalam buku filsafat positifnya, yang
pada dasarnya merupakan suatu buku tentang filsafat ilmu pengetahuan dan uraian
tentang itu telah mengambil tempat paling banyak dalam bukunya itu. Comte
menguraikan metoda – metoda berpikir ilmiah. Comte mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan pada dasarnya tidak lebih dari pada suatu perluasan metode yang
sangat sederhana dari akal sehat,
terhadap semua fakta– fakta yang tunduk kepada akal pikiran manusia. Comte
sangat mendasarkan seluruh pemikirannya kepada perkembangan atau kemampuan akal
pikiran atau intelegensi manusia. Dengan cara berpikir seperti ini nantinya
akan melahirkan banyak kritik terhadap Comte dengan filsafat positif yang
dikembangkannya.
C.
TEORI
– TEORI AUGUSTE COMTE DAN PERKEMBANGANNYA DALAM ILMU SOSIOLOGI
Auguste Comte membagi sosiologi menjadi
dua bagian yaitu Social Statics dan Social Dynamic. Social statics dimaksudkannya sebagai suatu study tentang hukum– hukum
aksi dan reaksi antara bagian– bagian dari suatu sistem sosial. Social statics merupakan bagian yang
paling elementer dari ilmu sosiologi, tetapi dia bukanlah bagian yang paling
penting dari study mengenai sosiologi, karena pada dasarnya social statics merupakan hasil dari
suatu pertumbuhan.
Bagian yang paling penting dari
sosiologi menurut Auguste Comte adalah apa yang disebutnya dengan social dynamic, yang didefinisikannya
sebagai teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat. Karena social dynamic merupakan study tentang
sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu
sendiri.
Pembagian sosiologi kedalam dua bagian
ini bukan berarti akan memisahkannya satu sama lain. Bila social statics merupakan suatu study tentang masyarakat yang saling
berhubungan dan akan menghasilkan pendekatan yang paling elementer terhadap
sosiologi, tetapi study tentang hubungan– hubungan sosial yang terjadi antara
bagian – bagian itu tidak akan pernah dapat dipelajari tanpa memahaminya
sebagai hasil dari suatu perkembangan. oleh karena itu, Comte berpendapat bahwa
tidaklah akan dapat diperoleh, suatu pemahaman yang layak dari suatu masalah
sosial tanpa mengguanakan pendekatan social
dynamic atau pendekatan historis.
1.
Social
Dynamics
Social
dynamics adalah teori tentang perkembangan manusia. Comte
tidak membicarakan tentang asal usul manusia karena itu berada di luar batas ruang
lingkup ilmu pengetahuan. Karena ajaran filsafat positif yang diajukannya
mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah dapat dibuktikan dalam
kenyataan. Dia berpendapat bahwa di dalam masyarakat terjadi perkembangan yang
terus menerus, sekalipun dia juga menambahkan bahwa perkembangan umum dari
masyarakat tidak merupakan jalan lurus.
Ada banyak hal yang mengganggu
perkembangan suatu masyarakat seperti faktor ras manusia sendiri, faktor iklim
dan faktor tindakan politik. Comte berpendapat bahwa jawaban tentang
perkembangan sosial harus dicari dari karakteristik yang membedakan antara
manusia dengan binatang. Menurut Comte, yang membedakan manusia dengan binatang
adalah perkembangan inteligensi manusia yang lebih tinggi. Comte mengajukan
hukum tentang 3 tingkatan inteligensi manusia, yaitu pemikiran yang bersifat
theologis atau fictious, metaphisik atau abstrak, scientific atau positive.
Sjarah umat manusia sebenarnya ditentukan oleh pertumbuhan dari pemikiran
manusia, hukum tertinggi dari sosiologi haruslah hukum tentang perkembangan
inteligensi manusia.
a. The
Law of three stages
Merupakan hukum tentang
perkembangan inteligensi manusia, dan yang berlaku tidak hanya terhadap perkembangan
manusia, tetapi juga berlaku terhadap perkembangan individu. Hukum ini
merupakan generalisasi dari tiap bagian dari pemikiran manusia yang berkembang
semakin maju melalui 3 tahap pemikiran, yaitu The Telogical, or Fictitious; The
Metaphysical or Abstract; dan The Scientific, or Positive.
Tahap tingkatan
pemikiran yang bersifat theological atau fictious dibagi kedalam 3 bagian yaitu Fethism, adalah untuk menggambarkan
tingkatan pemikiran yang menganggap bahwa semua gejala yang terjadi dan
bergerak berada dibawah pengaruh dari suatu kekuatan supernatural atau suatu
kekuatan ghaib. Dalam pemikiran ini, manusia menginterpretasikan segala hal
sebagai karya (hasil tindakan) dari supernatural being. Oleh para ahli bidang
agama dianggap sebagai tahap perkembangan agama pada tingkatan yang animisme. Tetapi evolusi pemikiran
manusia berlangsung terus. Melalui suatu proses atau daya imajinasi, manusia
mulai menyederhanakan daripada kekuatan-kekuatan gaib yang dianggap menguasai
segala benda-benda dan sesuatu yang bergerak itu. Proses penyederhanaan ini
menuju ke arah tahap pemikiran yang bersifat polytheism. Polytheism, yaitu tingkat pemikiran bahwa segala
sesuatu yang di alam ini dikemudikan oleh kemauan dewa-dewa. Dalam ini timbulah
anggapan bahwa dewalah yang menguasai gejala-gejala tertentu, dimana
masing-masing dewa itu hanya mengatur suatu kekuatan atau bagian khusus
tertentu. Dari tahap pemikiran polytheism,
terjadilah hal-hal yang bersifat kontradiktif, terutama mengenai kekuatan dari
berbgai dewa. Ada semacam kekayaan yang timbul dan manusia akhirnya tiba pada
suatu kesimpulan, bahwa dari berbagai dewa-dewa tersebut, pastilah ada suatu
dewa yang dianggap memiliki kedudukan tertinggi, dibandingkan dengan dewa yang
lain. Tahap ini menjurus kearah strukturisasi dari para dewa tersebut, yaitu
anggapan atau pengakuan terhadap adanya dewa yang tertinggi yang mengatur
dewa-dewa yang lain. Dari pemikiran penyederhanaan dewa-dewa tersebut,
sampailah manusia pada tingkat pemikiran yang menganggap bahwa hanya ada satu
Tuhan yang mengendalikan alam ini, yang disebut dengan monotheism.
b. The
Law of the hierarchie of the sciencies (hierarki dari ilmu pengetahuan)
Di dalam menyusun
susunan ilmu pengetahuan, Comte menyadarkan diri kepada tingkat perkembangan
pemikiran manusia dengan segala tingkah laku yang terdapat didalamnya. Sehingga
sering kali terjadi didalam pemikiran manusia, kita menemukan suatu tingkat
pemikiran yang bersifat scientific. Sekaligus pemikiran yang bersifat
theologies didalam melihat gejala-gejala atau kenyataan-kenyataan.
c. The
Law of the correlation of practical activities
Comte yakin bahwa ada
hubungan yang bersufat natural antara cara berfikir yang theologies dengan
militerisme. Cara berfikir theologies mendorong timbulnya usaha-usaha untuk
menjawab semua persoalan melalui kekuatan(force). Karena itu, kekuasaan dan
kemenangan selalu menjadi tujuan daripada masyarakat primitive dalam hubungan
satu sama lain.
Pada tahap yang
bersifat metafisis, prinsip-prinsip hukum (khususnya hukum alam) menjadi dasar
daripada organisasi kemasyarakatan dan hubungan antara manusia. Tahap metafisis
yang bersifat legalistic demikian ini merupakan tahap transisi menuju ke tahap
yang bersifat positif.
d. The
Law of the correlation of the feelings
Comte menganggap bahwa
masyarakat hanya dapat dipersatukan oleh feelings. Demikianlah, bahwa sejarah
telah memperlihatkan adanya korelasi antara perkembangan pemikiran manusia
dengan perkembangan dari social sentiment. Didalam tahap yang teologis,
sentiment sosial dan rasa simpati hanya terbatas dalam masyarakat lokal atau
terbatas dalam city state. Tetapi dalam abad pertengahan, sosial sentiment
berkembang semakin meluas seiring dengan perkembangan agama Kristen. Abad
pertengahan adalah abad yang oleh Comte dianggap sebagai abad dalam tahap
metafisis. Tetapi dalam tahap yang positif/ scientific, social simpati
berkembang menjadi semakin universal. Comte yakin bahwa sikap positif dan
scientific pikiraan manusia akan mampu memperkembangkan semangat alturistis dan
menguniversilkan perasaan sosial(social simpati).
2.
Social
statics
Dengan social statics dimaksudkan Comte sebagai teori tentang dasar
masyarakat. Comte membagi sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan
yang tidak sama. Sekalipun social statics
adalah bagian yang lebih elememter didalam sosiologi tetapi kedudukannya tidak
begitu penting dibandingkan dengan social
dynamics. Fungsi dari sosial statics adalah
untuk mencari hukum – hukum tentang aksi dan reaksi dari pada berbagai bagian
didalam suatu sistem sosial. Sedangkan dalam sosial statics mencari hukum – hukum tentang gejala – gejala sosial
yang bersamaan waktu terjadinya. Didalam sosial
statics, terdapat 4 doktrin yaitu doktrin tentang individu, keluarga,
masyarakat dan negara.
3.
Beberapa
catatan terhadap Aguste Comte
Comte merupakan figur sentral dalam
sejarah pemikiran sosial. Dia merupakan pelopor dari suatu ilmu pengetahuan
yang kelak tumbuh menjadi demikian penting dan sangat dibutuhkan. Ajaran Comte
tentang pentingnya suatu pemahaman terhadap kenyatan – kenyataan objective yang
bersifat positive, tidak pelak lagi merupakan dasar dari perkembangan ilmu
pengetahuan. Tetapi sebagaimana halnya dengan para pioner lainnya, Comte
tidaklah terlepas dari berbagai kekurangannya. Pertama, kita dapat mencatat
tentang kekurangannya ini, sekalipun dia membela sosiologi yang dibangunnya itu
sebagai suatu ilmu pengetahuan positif, tetapi pada kenyataannya dia tetap
meletakakan sebagai bagian dari filsafat sosial. Namun sekalipun demikian,
sosiologi telah berhutang budi sangat besar kepada Comte, yang menunjuk
pentingnya penggunaan suatu metode ilmiah yang bersifat induktif didalam
sosiologi. Dia memang telah melakukan kesalahan pada mulanya dengan ajarannya
tentang pengertian phenomenalisme
dengan objektivisme, tetapi hal
tersebut tidaklah membutakan mata kita terhadap nilai positif dari sumbangannya
untuk membangun suatu metode ilmiah yang tepat untuk membangun sosiologi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Auguste Comte, memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte, lahir
di Montpelier, Prancis pada tanggal 19 Januari 1798. Orang tua Auguste Comte
berasal dari kelas menengah dan akhirnya sang ayah meraih posisi sebagai
petugas resmi pengumpul pajak lokal. Meskipun ia adalah seorang mahasiswa yang
cerdas, namun Comte tidak pernah mendapatkan ijazah sarjana. Ia dan seluruh
mahasiswa seangkatannya dikeluarkan dari Ecole Politehnique karena gagasan
politik dan pembangkangan mereka. Pemberhentian ini berdampak buruk pada karir
akademis Comte. Pada tahun 1817 ia menjadi sekretaris dan “anak angkat” Claude Henri Saint- Simon,
seorang filusuf yang empat puluh tahun lebih tua dari Comte (Manuel, 1962:251).
Mereka bekerja sama selama beberapa tahun dan Comte mengakui besarnya hutang
pada Saint- Simon.
2.
Untuk memahami pemikir sintetis
seperti halnya Comte, adalah penting bagi kita untuk mengenal sejauh mungkin
berbagai sumber yang menjadi latar belakang pemikirannya. Hal ini terutama
karena Comte adalah Filsuf yang telah berhasil untuk mensintesakan didalam
dirinya berbagai hasil pemikiran dari berbagai ahli pikiran yang mendahuluinya.
Ada beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang menentukan jalan
pikiran Comte, yaitu: Revolusi perancis dengan segala aliran pikiran yang
berkembang pada masa itu, aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic
terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Sumber lain yang menjadi latar
belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Perancis
pada abad ke-18. Khususnya filsafat yang dikembangkan oleh para penganut paham
encyclopedist, Sumber terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah
lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang
diprakarsai oleh Sain– Simont.
3.
Teori Auguste Comte antara lain:
teori positivism, yang dibagi menjadi 2 yaitu social dynamics dan social
statics. Social dynamics adalah teori
tentang perkembangan manusia. Comte tidak membicarakan tentang asal usul
manusia karena itu berada di luar batas ruang lingkup ilmu pengetahuan. Karena
ajaran filsafat positif yang diajukannya mengatakan bahwa semua ilmu
pengetahuan haruslah dapat dibuktikan dalam kenyataan. Dia berpendapat bahwa di
dalam masyarakat terjadi perkembangan yang terus menerus, sekalipun dia juga
menambahkan bahwa perkembangan umum dari masyarakat tidak merupakan jalan
lurus. Dengan social statics
dimaksudkan Comte sebagai teori tentang dasar masyarakat. Comte membagi
sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama. Sekalipun
social statics adalah bagian yang
lebih elememter didalam sosiologi tetapi kedudukannya tidak begitu penting
dibandingkan dengan social dynamics.
Fungsi dari sosial statics adalah
untuk mencari hukum – hukum tentang aksi dan reaksi dari pada berbagai bagian
didalam suatu sistem sosial. Sedangkan dalam sosial statics mencari hukum – hukum tentang gejala – gejala sosial
yang bersamaan waktu terjadinya. Didalam sosial
statics, terdapat 4 doktrin yaitu doktrin tentang individu, keluarga,
masyarakat dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar